Jumat, 22 Februari 2013

Toiletmu Kepribadianmu



Toilet (rest room) atau kamar kecil, sebuah ruangan tempat membuang kotoran manusia. Konotasinya kotor sehingga belum menjadi hal penting untuk dibicarakan, dan letaknya harus di belakang atau tak terlihat. 

Toilet dan sistem sanitasi sudah ada sejak zaman Romawi kuno dan Mohenjodaro. Di Jepang sistem sanitasi dan toilet sudah dikenal sejak abad ke-3. Eropa, terutama di Inggris, mengenal kloset sejak abad XVII. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan WC (water closet) jongkok yang higienis kepada masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-19 karena saat itu penyakit kolera sedang mewabah. Sebelumnya, dan sampai saat ini, masih banyak yang beraktivitas buang air di sungai atau di kebun.

Tapi hal tidak penting ini menjadi penting di dalam kegiatan pariwisata. Tujuan wisatawan berkunjung ke destinasi wisata bukan hanya untuk melihat obyeknya saja tapi juga ingin merasakan suasana di tempat wisata tersebut. Maka untuk mendukungnya berbagai macam fasilitas umum yang bersih dan nyaman harus tersedia, salah satunya adalah ketersediaan toilet umum yang berfungsi dengan baik dan bersih.
  
Toilet umum adalah fasilitas sanitasi tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka bagi semua orang tanpa membedakan usia maupun jenis kelamin dari penggunanya yang berada di ruang publik. Biasanya toilet umum terdiri atas kamar-kamar toilet dengan fasilitas cuci tangan di tempat terpisah. Toilet umum membedakan ruangan sesuai dengan jenis kelamin penggunanya, yaitu toilet pria dan toilet wanita.

Jenis toilet paling umum saat ini adalah toilet dengan kloset duduk yang memiliki fasilitas untuk menyiram buangan setelah digunakan. Ini model kloset dari barat namun sudah menjadi standar global saat ini. Kloset jongkok masih lazim ditemukan di Asia seperti di Jepang, Cina, India dan Indonesia. Model kloset jongkok juga masih bisa ditemukan di negara-negara Balkan, negara bekas Uni Soviet dan sebagian Perancis, Yunani dan Italia. Selain itu, di toilet umum juga sudah mulai disediakan toilet khusus untuk orang berkebutuhan khusus sekarang ini.  Biasanya toilet semacam itu cukup luas sehingga dapat dimasuki dengan berkursi roda dan pada dindingnya terdapat pegangan yang dapat membantu pengguna toilet menempatkan dirinya.


Sanitasi belum menjadi budaya di Indonesia

Toilet Umum yang lengkap dengan kloset, persediaan air  dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana semua orang bisa menggunakannya dengan nyaman bisa dikatakan belum merata di Indonesia. Ini bukan hanya ditemukan di daerah atau tempat yang aksesnya jauh dari kota, tapi di kota besar pun belum semua toilet umum memenuhi standar di atas. Tentu ini sangat berhubungan dengan kesadaran dan kebiasaan masyarakat terhadap pentingnya sanitasi.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menilai toilet umum di tanah air masih banyak yang belum memenuhi syarat kebersihan dan kenyamanan. Karena itu ia meminta seluruh warga Indonesia menghargai dirinya sendiri dengan menjaga kebersihan dan kenyamanan toilet umum yang ada di sekitarnya.

"Itu tergantung kita, karena kebersihan itu menunjukkan harga diri kita sebagai bangsa," katanya dalam peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) sedunia pada 15 Oktober 2012 lalu.

Data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat ada sekitar 70 juta orang atau 20% jumlah penduduk di Indonesia masih melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga tahun 2010, dan 30% penduduk belum memiliki akses sanitasi yang baik.

Beberapa prinsip dasar STBM : membangun sarana sanitasi tanpa subsidi kepada masyarakat; tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban; masyarakat sebagai pemimpin; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-perencanaan–pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Yang terpenting inisiatif berasal dari masyarakat, semua dibuat oleh masyarakat dan tidak ada ikut campur pihak luar serta solidaritas masyarakat.

Toilet umum di obyek wisata di Bangkok
Prinsip-prinsip dasar STBM tersebut bisa digunakan untuk standardisasi pengembangan dan pembabungan toilet umum di Indonesia. Tak dipungkiri, masyarakat telah bergerak dan mengelola sendiri membuat sarana toilet umum di ruang publik seperti di mal, di pasar, di terminal bis atau stasiun kereta, di tempat pengisian bahan bakar, di tempat ibadah, di obyek wisata dan sebagainya. Yang menjadi tugas pemerintah sekarang adalah mensosialisasikan standar bangunan toilet umum dan standar kebersihannya sekaligus mengatur keberadaan toilet umum tersebut.

Sekarang ini sudah mulai ada inisiatif dari pengelola gedung seperti di mal dan bandara, selain stiker cara menggunakan kloset, pengumuman tidak membuang sampah ke dalam kakus dan menyiramnya setelah dipakai, juga himbauan untuk menjaga toilet tetap kering agar pemakai berikutnya merasa nyaman. Para pengelola juga memberikan opsi dengan menyediakan kloset duduk dan kloset jongkok. Petugas kebersihan yang menjaga toilet umum di situ sudah mulai sigap. Tapi ini belum terlihat di sarana toilet umum di obyek wisata. Bagaimanapun, usaha-usaha seperti ini harus diapresiasi dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan semua lapisan masyarakat. Itu akan mengubah perilaku dan kebiasaan secara personal atau individu, institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi.

Toilet umum di obyek wisata di Indonesia umumnya

Mengingat tingkat urbanisasi masih tinggi, jika di perkotaan masyarakat sudah terbiasa dengan keberadaan sanitasi yang bersih dan menghargai kebersihan diri, ini memungkinkan penularan kebiasaan baik itu saat pulang ke kampungnya sehingga bisa mendukung usaha pemerintah  membudayakan sanitasi higienis dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.