Toilet (rest room) atau kamar kecil, sebuah ruangan tempat membuang
kotoran manusia. Konotasinya kotor sehingga belum menjadi hal penting
untuk dibicarakan, dan letaknya harus di belakang atau tak terlihat.
Toilet dan sistem sanitasi sudah ada
sejak zaman Romawi kuno dan Mohenjodaro. Di Jepang sistem sanitasi dan toilet
sudah dikenal sejak abad ke-3. Eropa, terutama di Inggris, mengenal kloset
sejak abad XVII. Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan WC (water closet) jongkok yang higienis
kepada masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-19 karena saat itu penyakit
kolera sedang mewabah. Sebelumnya, dan sampai saat ini, masih banyak yang beraktivitas buang air di sungai atau di kebun.
Tapi hal tidak penting ini menjadi penting
di dalam kegiatan pariwisata. Tujuan wisatawan berkunjung ke destinasi wisata bukan
hanya untuk melihat obyeknya saja tapi juga ingin merasakan suasana di tempat
wisata tersebut. Maka untuk mendukungnya berbagai macam fasilitas umum yang
bersih dan nyaman harus tersedia, salah satunya adalah ketersediaan toilet umum
yang berfungsi dengan baik dan bersih.
Toilet umum adalah fasilitas sanitasi tempat buang air besar dan
kecil, tempat cuci tangan dan muka bagi semua orang tanpa membedakan usia
maupun jenis kelamin dari penggunanya yang berada di ruang publik. Biasanya
toilet umum terdiri atas kamar-kamar toilet dengan fasilitas cuci tangan di
tempat terpisah. Toilet umum membedakan ruangan sesuai dengan jenis kelamin
penggunanya, yaitu toilet pria dan toilet wanita.
Jenis toilet paling umum saat ini
adalah toilet dengan kloset duduk yang memiliki fasilitas untuk menyiram
buangan setelah digunakan. Ini model kloset dari barat namun sudah menjadi
standar global saat ini. Kloset jongkok masih lazim ditemukan di Asia seperti
di Jepang, Cina, India dan Indonesia. Model kloset jongkok juga masih bisa
ditemukan di negara-negara Balkan, negara bekas Uni Soviet dan sebagian
Perancis, Yunani dan Italia. Selain itu, di toilet umum juga sudah
mulai disediakan toilet khusus untuk orang berkebutuhan khusus sekarang ini. Biasanya toilet semacam itu cukup luas
sehingga dapat dimasuki dengan berkursi roda dan pada dindingnya terdapat
pegangan yang dapat membantu pengguna toilet menempatkan dirinya.
Sanitasi belum menjadi budaya di Indonesia
Toilet Umum yang lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana semua orang bisa menggunakannya dengan nyaman bisa dikatakan belum merata di Indonesia. Ini bukan hanya ditemukan di daerah atau tempat yang aksesnya jauh dari kota, tapi di kota besar pun belum semua toilet umum memenuhi standar di atas. Tentu ini sangat berhubungan dengan kesadaran dan kebiasaan masyarakat terhadap pentingnya sanitasi.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menilai toilet
umum di tanah air masih banyak yang belum memenuhi syarat kebersihan dan
kenyamanan. Karena itu ia meminta seluruh warga Indonesia menghargai dirinya
sendiri dengan menjaga kebersihan dan kenyamanan toilet umum yang ada di
sekitarnya.
"Itu tergantung kita, karena kebersihan itu menunjukkan harga diri kita sebagai bangsa," katanya dalam peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) sedunia pada 15 Oktober 2012 lalu.
Beberapa prinsip
dasar STBM : membangun sarana sanitasi tanpa subsidi kepada masyarakat;
tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban; masyarakat
sebagai pemimpin; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa
permasalahan-perencanaan–pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Yang terpenting inisiatif berasal
dari masyarakat, semua dibuat oleh masyarakat dan tidak ada ikut campur pihak
luar serta solidaritas masyarakat.
Toilet umum di obyek wisata di Bangkok |
Prinsip-prinsip
dasar STBM tersebut bisa digunakan untuk standardisasi pengembangan dan
pembabungan toilet umum di Indonesia. Tak dipungkiri, masyarakat telah bergerak
dan mengelola sendiri membuat sarana toilet umum di ruang publik seperti
di mal, di pasar, di terminal bis atau stasiun kereta, di tempat pengisian
bahan bakar, di tempat ibadah, di obyek wisata dan sebagainya. Yang menjadi
tugas pemerintah sekarang adalah mensosialisasikan standar bangunan toilet umum
dan standar kebersihannya sekaligus mengatur keberadaan toilet umum tersebut.
Sekarang
ini sudah mulai ada inisiatif dari pengelola gedung seperti di mal dan bandara,
selain stiker cara menggunakan kloset, pengumuman tidak membuang sampah
ke dalam kakus dan menyiramnya setelah dipakai, juga himbauan untuk menjaga
toilet tetap kering agar pemakai berikutnya merasa nyaman. Para pengelola juga
memberikan opsi dengan menyediakan kloset duduk dan kloset jongkok. Petugas
kebersihan yang menjaga toilet umum di situ sudah mulai sigap. Tapi ini belum
terlihat di sarana toilet umum di obyek wisata. Bagaimanapun, usaha-usaha
seperti ini harus diapresiasi dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan semua
lapisan masyarakat. Itu akan mengubah perilaku dan kebiasaan secara personal
atau individu, institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau
yang berkaitan dengan profesi.
Toilet umum di obyek wisata di Indonesia umumnya |
Mengingat
tingkat urbanisasi masih tinggi, jika di perkotaan masyarakat sudah terbiasa
dengan keberadaan sanitasi yang bersih dan menghargai kebersihan diri, ini
memungkinkan penularan kebiasaan baik itu saat pulang ke kampungnya
sehingga bisa mendukung usaha pemerintah membudayakan sanitasi higienis
dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.